Senin, 17 Februari 2020

Kriteria Sepatu Dosen


Semakin tinggi jabatan maka semakin faham akan hakikat kehidupan

Keren analisany👍👍

Kriteria sepatu dosen,

*High heels*
Begitu sanggup SK memgajar, merasa terbang sejajar sama awan.
Koar koar kanan kiri atas bawah kalo sudah diangkat jadi dosen.
Mematut diri agar pantas.
Dari ujung kaki hingga ujung kepala dibentuk harmonis baik warna maupun gaya.
Sepatu masih sanggup pakai yang tinggi 7 cm.
Bak sosialita papan atas
Sampai kemudian jadi papan penggilesan saat sebulan kemudian sanggup honor hanya di bawah UMR. Sedihhhhh akutuuuu.

*Pantofel*
Makara dosen yunior niscaya dikerjain sana sini.
Tak sanggup melawan apalagi meradang.
Pakai high heels sudah kayak masuk hell
Mending ganti saja yang rendahan dikit tapi masih sanggup bergaya songong ke temen-temen angkatan kalo gue itu dosen.
Sampai melewati tas kejiwaan, tes bahasa inggris dan tes lain lain demi diakui jadi dosen negara Indonesia hingga terbitlan NIDN.
Meskipun sudah punya nomor yang katanya diakui se-Indonesia, angka nominal honor tak beranjak. Padahal sudah ganti sepatu.

*Sneakers*
Difase ini katanya sudah punya jabatan.
Sudah banyak kewajiban.

Mengajar, membimbing, menguji, ejekan hibah, publikasi.
Belum lagi disuruh studi lanjut dengan biaya harus nyari sendiri.
Supaya nyaman jiwa raga, ganti sepatu yang nyaman melangkah kemana mana.
Ga akan slip, ga akan copot ganjal kakinya dan ga bakalan bikin rematik sebab harus bangkit serta hilir pulang kampung tak berhenti demi mengejar kewajiban.
Gaji agak naik, Alhamdulilah.

Ini fase nanggung sebenernya
Kalau mau stay di fase ini, bisa.
Tapi akan tergerus oleh jaman dan para milenial
Mau melangkah maju,  beratttt....
Poin ke Lektor Kepala tak main main
Reviewernya dua tingkat, kopertis dan Dikti.

*sandal crocs*
Lektor Kepala dengan segudang kewajiban yang menunggu menyapa.
Publikasi terutama
Buku asuh apalagi
Mengajar, membimbing dan menguji di tingkat Pasca butuh lobi sana sini.
Penampilan sudah tak dipedulikan, asal pantas dipandang mata pokonya maju.
Apakah honor naik? Naik juga walaupun tak signifikan.
Tapi anutan dana hibah yang mengalir deras cukup menciptakan tak pusing memikirkan dana penelitian dan publikasi.
Yang pusing itu memikirkan bagaimana mengalahkan rasa malas yang selalu bertahta.

*sandal rumahan*
Ketika studi di Perancis, saya melihat professor saya hanya pakai sendal jepit dan pakai celana pendek ke kampus.
Tapi publikasinya ratusan.
Bukunya apalagi, baik monograph maupun book chapter.
Makara mungkin sebab lebih memikirkan kewajiban jadi lupa memantaskan diri.
Yang penting nyaman dan aman.
Asal brand sendal jepitnya setara dengan harga sepeda lipat tampaknya ok juga.
Saya belum ada di tahap ini, tapi tampaknya asik juga

Karena saat kita punya sesuatu dalam diri untuk ditampilkan kenapa harus menggantungkan diri kepada asesoris embel-embel yang tak penting.

Walaupun pakai sandal tapi punya keahlian mumpuni niscaya akan dihargai

Langit tak perlu menjelaskan jika dirinya tinggi.

Ehh tapi itu kan di Perancis...
Kalau di negara +62?????
Wallohualambissawab

#copas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar