Rabu, 11 September 2019

Kisah Wangsit Michael Jordan


Oleh : Said Muhammad Al Waini

Bismillahirrahmanirrahiim
Michael Jordan, berkulit hitam, lahir pada tahun 1963, di tempat kumuh Brooklyn, New York. Ia mempunyai empat  orang saudara, sementara upah ayahnya yang hanya sedikit tidak cukup untuk menafkahi keluarga. Semenjak kecil, ia melewati kehidupannya dalam lingkungan miskin dan penuh diskriminasi, hingga ia sama sekali tidak bisa melihat impian masa depannya.
Ketika ia berusia tiga belas tahun, ayahnya menunjukkan sehelai pakaian bekas kepadanya, “Menurutmu, berapa nilai pakaian ini?” Jordan menjawab, “Mungkin 1 dollar.” Ayahnya kembali berkata, “Bisakah dijual seharga 2 dollar? Jika engkau berhasil menjualnya, berarti telah membantu ayah dan ibumu.” Jordan menganggukkan kepalanya, “Saya akan mencobanya, tapi belum tentu bisa berhasil.”

Dengan hati-hati dicucinya pakaian itu hingga bersih. Karena tidak ada setrika untuk melicinkan pakaian, maka ia meratakan pakaian dengan sikat di atas papan datar, kemudian dijemur hingga kering. Keesokan harinya, dibawanya pakaian itu ke stasiun bawah tanah yang ramai, ditawarkannya hingga lebih dari enam jam. Akhirnya Jordan berhasil menjual pakaian itu. Kini ia memegang lembaran uang 2 dollar dan berlarilah ia pulang.
Setelah itu, setiap hari ia mencari pakaian bekas, kemudian dirapikan kembali dan dijualnya di keramaian.
Lebih dari sepuluh hari kemudian, ayahnya kembali menyerahkan sepotong pakaian bekas kepadanya, “Coba engkau pikirkan bagaimana caranya untuk menjual pakaian ini hingga seharga 20 dolar?” Kata Jordan, “Bagaimana mungkin? Pakaian ini paling tinggi nilainya hanya 2 dollar.” Ayahnya kembali menunjukkan inspirasi, “Mengapa llengkau tidak mencobanya dulu? Pasti ada jalan.”

Akhirnya, Jordan mendapatkan satu ide, ia meminta santunan sepupunya yang mencar ilmu melukis untuk menggambarkan Donal Bebek yang lucu dan Mickey Mouse yang pembangkang pada pakaian itu. Lalu ia berusaha menjualnya di sebuah sekolah anak orang kaya. Tak usang kemudian seorang pengurus rumah tangga yang menjemput tuan kecilnya, membeli pakaian itu untuk tuan kecilnya. Tuan kecil itu yang berusia sepuluh tahun sangat menyukai pakaian itu, sehingga ia menunjukkan tip 5 dolar. Tentu saja 25 dollar yaitu jumlah yang besar bagi Jordan, setara dengan satu bulan honor dari ayahnya.
Setibanya di rumah, ayahnya kembali menunjukkan selembar pakaian bekas kepadanya, “Apakah engkau bisa menjualnya kembali dengan harga 200 dolar?” Mata ayahnya tampak berbinar.
Kali ini, Jordan mendapatkan pakaian itu tanpa keraguan sedikit pun. Dua bulan kemudian kebetulan aktris film terkenal “Charlie Angels”, Farah Fawcett tiba ke New York melaksanakan promo. Setelah konferensi pers, Jordan pun menerobos pihak keamanan untuk mencapai sisi Farah Fawcett dan meminta tanda tangannya di pakaian bekasnya. Ketika Fawcett melihat seorang anak yang polos meminta tanda tangannya, ia dengan bahagia hati membubuhkan tanda tangannya pada pakaian itu.
Jordan pun berteriak dengan sangat gembira, “Ini yaitu sehelai baju kaus yang telah ditandatangani oleh Miss Farah Fawcett, harga jualnya 200 dollar!” Ia pun melelang pakaian itu, hingga seorang pengusaha membelinya dengan harga 1.200 dollar.
Sekembalinya ke rumah, ayahnya dengan meneteskan air mata haru berkata, “Tidak terbayangkan jikalau engkau berhasil melakukannya. Anakku! Engkau sungguh hebat!”
Malam itu, Jordan tidur bersama ayahnya dengan kaki bertemu kaki. Ayahnya bertanya, “Anakku, dari pengalaman menjual tiga helai pakaian yang sudah kamu lakukan, apakah yang berhasil engkau pahami?”

Jordan menjawab dengan rasa haru, “Selama kita mau berpikir dengan otak, niscaya ada caranya.”
Ayahnya menganggukkan kepala, kemudian menggelengkan kepala, “Yang engkau katakan tidak salah! Tapi bukan itu maksud ayah. Ayah hanya ingin memberitahumu bahwa sehelai pakaian bekas yang bernilai satu dolar juga bisa ditingkatkan nilainya, apalagi kita sebagai insan yang hidup? Mungkin kita berkulit lebih gelap dan lebih miskin, tapi apa bedanya? Tergantung bagaimana kita mendayagunakan potensi yang ada dalam diri kita masing-masing.”
Seketika dalam pikiran Jordan seakan ada matahari yang terbit. Bahkan sehelai pakaian bekas saja bisa ditingkatkan harkatnya, kemudian apakah saya punya alasan untuk meremehkan diri sendiri?
Sejak ketika itu, dalam hal apapun, Michael Jordan merasa bahwa masa depannya indah dan penuh harapan. Dia mengasah potensinya hingga karenanya beliau menjadi salah seorang pemain basket terhebat di dunia ini dan menjadi salah seorang atlet terkaya.
Semoga jadi wangsit 🙏🙏🙏

Tidak ada komentar:

Posting Komentar