Minggu, 28 April 2019

Hukum Pygmalion : Aturan Berpikir Positif


Kisah Pematung yang Abadi


Alkisah di suatu Negeri Yunani ada seorang cowok berjulukan Pygmalion yang berbakat seni memahat. Ia sungguh piawai dalam memahat patung. Karya tabrakan tangannya sungguh bagus. Tetapi bukan kecakapannya itu mengakibatkan ia dikenal dan disenangi sobat dan tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang segala sesuatu dari sudut yang baik.

• Apabila lapangan di tengah kota becek, orang-orang mengomel. Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang lain tidak sebecek ini."

• Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga,
kawan-kawan Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi
Pygmalion berkata, "Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang lebih perlu".

• Ketika bawah umur mencuri apel di kebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia malah merasa iba, "Kasihan, bawah umur itu kurang menerima pendidikan dan makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah referensi pandang Pygmalion. Ia tidak melihat  suatu keadaan dari segi buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk ihwal orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung perempuan dari kayu yang  sangat halus. Patung itu berukuran insan sungguhan.
Ketika sudah  rampung, patung itu tampak menyerupai insan betul. Wajah patung itu  tersenyum manis menawan, tubuhnya elok menarik.

Kawan-kawan Pygmalion  berkata, "Ah, sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu."  Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai insan betul. Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya. Para yang kuasa yang ada di  Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai perilaku Pygmalion, kemudian mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada Pygmalion, yaitu mengubah  patung itu menjadi insan betul. Begitulah, Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon yaitu perempuan tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang sampai sekarang untuk menerangkan efek Pola Berpikir yang Baik atau Positif.

Jika kita berpikir Baik atau Positif ihwal suatu keadaan atau seseorang, seringkali hasilnya betul-betul menjadi Baik dan Positif.
Misalnya,

*Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan menjadi ramah terhadap kita.*

*Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, balasannya ia betul-betul menjadi cerdas.*

*Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan upaya sanggup merupakan separuh keberhasilan.*

Dampak referensi berpikir kasatmata itu disebut efek Pygmalion.
Pikiran kita memang seringkali memiliki efek "Fulfilling Prophecy" atau Ramalan Tergenapi, baik kasatmata maupun negatif.
Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul dengan dia, maka balasannya ia betul-betul menjadi judes.

• Kalau kita meragukan dan menganggap anak kita tidak jujur, maka balasannya ia betul-betul menjadi tidak jujur.

• Kalau kita sudah frustasi dan merasa tidak sanggup pada awal suatu usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion yaitu berpikir, mengira dan berharap hanya yang baik atau kasatmata ihwal suatu keadaan atau seseorang.
Bayangkan, bagaimana besar dampaknya bila kita berpola pikir kasatmata menyerupai itu. Kita yang Berpikir Positif tidak akan berprasangka buruk ihwal orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang buruk ihwal orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat ihwal orang lain. Kalau kita berpikir buruk ihwal orang lain, selalu ada saja materi untuk mengira hal-hal yang buruk.

Jika ada seorang mitra memberi hadiah kepada kita, terperinci itu yaitu perbuatan baik. Tetapi kalau kita berpikir buruk, kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah."
Yang rugi dari referensi pikir menyerupai itu yaitu diri kita sendiri. Kita menjadi gampang curiga. Kita menjadi tidak bahagia. Sebaliknya, kalau kita berpikir positif, kita akan menikmati hadiah itu dengan rasa bangga dan syukur, "Ia begitu murah hati. Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna beling mata yang kita pakai. Kalau kita menggunakan beling mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita menggunakan beling mata yang terang, segala sesuatu akan tampak cerah.
Kaca mata yang berprasangka buruk atau benci akan mengakibatkan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi beling mata yang hening akan mengakibatkan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik. Berpikir baik ihwal diri sendiri. Berpikir baik ihwal orang lain.
Berpikir baik ihwal keadaan.

Dampak berpikir baik menyerupai itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi hangat. Kawan menjadi sanggup dipercaya. Tetangga menjadi akrab.
Pekerjaan menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah.
Hidup menjadi indah pada waktunya, kolam Pygmalion 🌿

Catatan:
Dalam dunia Psikologi Pendidikan, aturan Pygmalion ini dikenal dengan konsep self-fulfilling prophecy & pygmalion effect.

Selamat malam
Salam sehat dan hening sejahtera untuk sedulur semua beserta keluarga tercinta
Berkah Dalem  🙏😇🙏🌹
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar